"Para
pekerja di rumah jin yang kaya itu katanya dahulu semasa hidupnya di
dunia minta 'pesugihan' pada jin tersebut, agar bisa kaya raya dengan
jalan pintas dan mudah".
Pertama kali ilmu trawangan dan
meraga sukma penulis berikan kepada anak angkat penulis sendiri yang
bernama Egy. Pada puasa sunat hari kedua Egy sudah bisa melihat alam
ghaib. Pada malam ketiga Egy penulis suruh latihan semalam suntuk di
berbagai tempat dan alam.
Pengalaman berkelana di alam ghaib yang
paling mengesankan bagi Egy adalah sewaktu dia berada di 'alam arwah'
tepatnya arwah neneknya sendiri. Di alam almarhumah neneknya dia sangat
'kerasan' betah tinggal disana. Karena selain damai, pemandangannya
sangat indah. Rata-rata rumahnya sangat bagus dan penduduknya sangat
ramah. Keadaannya terang benderang tanpa matahari, maka disitu ada siang
tidak ada malam. Budaya dan pola hidupnya hampir sama dengan di bumi.
Sewaktu Egy diajak roh pembimbing ke alam kubur, disitu banyak dijumpai
hal-hal yang mengerikan. Disitu banyak orang disiksa.
Kata roh
pembimbing, dia menuai hasil perbuatannya sewaktu hidup di dunia materi
dahulu. Mereka kebanyakan tidak melakukan shalat lima waktu dan tidak
pernah bertaubat, selalu mementingkan diri sendiri dan sering merugikan
orang lain.
Satu minggu berikutnya penulis memberi bimbingan
meraga sukma kepada Eko dan ternyata Eko sangat berbakat. Hari itu juga
Egy berhasil meraga sukma dengan baik. Memang dengan cara meraga sukma
badan astral bisa pergi kemana saja dia mau. Baik pergi ke alam nyata
atau alam materi maupun pergi ke alam ghaib.
Bila meraga sukma ke
alam nyata, badan astral dengan mudahnya bisa menembus dinding tembok
yang sangat tebal tanpa merubah atau merusak sedikitpun. Selain itu
dengan badan astral yang ringan bisa terbang dengan kecepatan pikiran
melebihi kecepatan suara.
Suatu hari Egy meraga sukma masuk ke
alam ghaib tingkat alam pedanyangan. Di alam pedanyangan kesannya hampir
sama dengan alam dunia kita hanya saja disana ada terang tanpa sinar
matahari. Entah darimana sumber terang itu. Penduduknya mayoritas
berpakaian keraton tempo doeloe. Bila di alam nyata siang hari, di alam
ghaib sama seperti malam hari hanya saja suasananya tidak berubah
menjadi gelap.
Di alam pedanyangan menyukai warna pakaian
tertentu seperti kuning, merah, hitam, hijau, biru dan putih. Hampir
tidak diketemukan pakaian motif kembang atau berpola hias. Kemungkinan
besar makhluk di alam pedanyangan itu dulunya manusia biasa yang matinya
belum sempurna. Manusia di jaman kerajaan seperti kerajaan Majapahit.
Sehingga kebiasaan pola kehidupannya dan budayanya waktu mereka hidup di
dunia dulu dibawanya ke alam ghaib. Sekalipun di alam nyata sudah
mengalami perubahan total.
Memang diantara mereka ada juga
masyarakat modern seperti masyarakat sekarang. Diantara mereka ada yang
memiliki pesawat radio, televisi, mobil dan sebagainya. Nampaknya
masyarakat modern di alam pedanyangan ini adalah penghuni baru. Sama
dengan mereka penghuni lama, matinya belum sempurna. Alam pedanyangan
sangat dekat dengan alam jin. Alam pedanyangan juga dekat sekali dengan
alam nyata. Alam pedanyangan itu kira-kira berada diantara alam jin dan
alam nyata.
Egy masuk alam pedanyangan langsung menuju ke 'balai
pedanyangan' dukuh Gandek Kawedanan Magetan. Dia langsung menemui
Dahnyang Gandek yang bernama Pangeran Ronojati yang lebih dikenal dengan
nama mbah Sabuk Alu. Egy disambut Eyang Ronojati dengan gembira karena
Eyang Ronojati sudah mengetahui kalau Egy adalah anak penulis.
Setelah
selesai berkunjung ke alam pedanyangan, kemudian Egy penulis suruh
masuk ke alam jin. Cara memasuki alam jin setelah lepas dari raga, cukup
pejamkan mata, sedop napas dalam-dalam dan niat ke alam jin. Obyeknya
harus jelas.
Nampaknya Egy pertama memasuki alam jin tingkat
menengah. Masyarakat jin yang dikunjungi Egy hampir sama dengan
masyarakat bangsa manusia. Kebudayaannyapun juga hampir sama dengan
kebudayaan bangsa manusia, baik cara berbusana maupun cara hidup
sehari-harinya. Di alam jin juga ada pasar persis seperti dunia kita.
Egy
berkenalan dengan cewek jin yang ternyata masih gadis. Tubuhnya
semampai, agak cantik, rambutnya terurai panjang. Sayang hampir semua
cewek jin hidungnya tidak ada yang mancung. Egy langsung diajak masuk ke
dalam rumah. Kebetulan rumah tersebut sepi. Cewek jin tadi bernama
Narti. Egy dijamu makanan dan minuman tetapi Egy tidak mau menyantapnya.
Rupanya dia ingat pesan penulis, bahwa jangan sekali-kali memakan dan
meminum milik bangsa alam ghaib sekalipun sangat lapar dan haus.
Dengan
Narti, Egy diajak berkeliling kampung bangsa jin. Juga diajak masuk ke
rumah 'kepala desa' jin yang kaya raya. Jin yang kaya raya itu banyak
mempunyai pekerja. Tetapi anehnya pekerjanya bukan bangsa jin melainkan
bangsa manusia. Ada yang menumbuk padi, ada yang menggoreng kerupuk dan
sebagainya.
Orang yang menumbuk padi, terus menerus dia menumbuk
padi, tidak boleh beristirahat. Padahal peluhnya keluar terus sampai
yang jatuh di bawah setinggi mata kaki. Ada yang menggoreng kerupuk,
anehnya menggorengnya tidak pakai sotel (alat penggoreng bertangkai)
tetapi dengan tangan telanjang. Tidak jarang sewaktu mengusap minyak
goreng yang menempel di tangan, kulitnya yang tersingkap.
Para
pekerja di rumah jin yang kaya itu katanya dahulu semasa hidupnya di
dunia minta 'pesugihan' pada jin tersebut, agar bisa kaya raya dengan
jalan pintas dan mudah. Setelah saat perjanjiannya selesai, 'roh' orang
yang bersangkutan diambil hidup-hidup oleh jin yang bersangkutan.
Kebanyakan diambil langsung dengan raga atau badan fisiknya. Sedang
upaya jin untuk mengelabui bangsa manusia (kerabat dekat orang yang
diambil), diambilkan pohon pisang yang disihir persis tubuh orang yang
meninggal. Sudah tentu ada juga yang hanya diambil 'roh'nya.
Setelah
puas berkelana di alam jin tingkat sedang, Egy berniat menjelajahi alam
'jin tingkat rendah'. Untungnya, sebelum Egy memasuki alam jin terlebih
dahulu membuat 'pagar tubuh' dengan sinar tenaga dalam. Begitu memasuki
alam jin tingkat rendah yang suasananya sangat pengap dan panas, dia
diserbu oleh beberapa jin tingkat rendah yang wajahnya menjijikkan.
Serangan bangsa jin tersebut ternyata tidak mampu menembus 'pagar badan'
nya Egy. Dengan jurus tapak angin, Egy mampu melempar si penyerang secara serentak dan akhirnya si penyerang lari tunggang langgang.
Bangsa
'jin tingkat rendah' rata-rata badannya jelek menjijikkan. Suka bikin
onar dan tidak rela wilayahnya dimasuki bangsa lain. Genderuwo,
kuntilanak, wewe, tuyul dan lain sebagainya itu termasuk 'jin rendah'.
Sama seperti manusia primitif di pedalaman, bangsa 'jin rendah' menyukai
ilmu-ilmu ghaib, aji-aji, pusaka-pusaka dan sebagainya. Bangsa
genderuwo, jin hitam yang seluruh tubuhnya ditumbuhi bulu lebat dan
berwajah seram itu sangat menyukai pusaka batu akik yang banyak dipakai
sebagai cincin.
Bangsa 'jin rendah' ini sangat suka pada asap
kemenyan. Maka setiap ada acara ritual. Ada sesaji dan pembakaran
kemenyan, maka disitu banyak bangsa jin yang berpesta pora. Pesan
penulis, sebaiknya jangan bersekutu dengan jin atau bekerja sama
dengannya. Hati-hati dengan manusia gadungan asal jin ini ciri-ciri
khusus mereka adalah suhu tubuhnya selalu dingin dan bentuk telinganya
meruncing seperti telinga kucing. Bangsa 'jin rendah' suka mengganggu
dan mencelakai manusia
How to get to the MGM Grand Grand Casino in Atlantic City by Bus or Train
BalasHapusThe cheapest way 문경 출장샵 to 계룡 출장마사지 get from MGM Grand Casino in Atlantic City costs only $6, 용인 출장마사지 and the 전라북도 출장안마 quickest way takes just 통영 출장안마 19 mins.